Jumat, 29 November 2013

Sebuah Kisah

Aku mendengar sebuah kisah tentang warna. Tentang bagaimana sebuah warna tercipta dari sebuah pertemuan.

Aku selalu hidup dengan keyakinan untuk tidak memiliki apapun. Tidak mengharapkan apapun. Tidak menginginkan apapun. Karena Aku sadar beberapa hal....
Perasaan bernama kecewa. Sungguh tidak mengenakan.

***

Hari itu Ayah mengajakku kesebuah pertunjukan teater wayang. Kisah Rama dan Shinta. Kata Ayah aku sebagai generasi muda. Harus tahu budayaku sendiri. Aku mencibir. Untuk apa?

Ayah selalu mengajak ku pergi setiap Minggu. Setiap Ayah libur kerja.
Hingga Ayah pergi. Tanpa mengucapkan selamat tinggal.

Hari itu Aku tahu. Kita tidak boleh mempunyai seseorang. Karena mereka selalu pergi.

***

Aku besar tanpa segala hal-hal besar dalam hidupku. Hingga datanglah sebuah pertemuan.

***

Tanpa berbicara, dia hanya menangkap gerakan jemariku yang sedang menggenggam pulpen semakin melambat dan akhirnya terhenti. “Memang susah,” katanya tanpa sedikitpun memalingkan
pandangan dari bukunya. Di kemudian hari, baru aku tahu bahwa itu adalah kebiasannya. Membicarakan sesuatu tanpa menatap wajah lawan bicara. Aku pun tidak bisa berkata apa-apa selain mengehela napas panjang dan
menghempaskan tubuh ke sandaran kursi

***

Suatu hari, aku mencibir melihat langit di sore itu. Langit itu tersenyum malu dihadapanmu, pipinya merona merah menguapkan warna senja, hanya karena melihat senyummu. Hih!

Sambil tetap memandang senja. Kau tersenyum. Kemudian berkata. Pelan sekali,

"Aku jatuh cinta."

Aku mencibir.
"Dengan siapa?"

"Temanmu......"

***

Sejak saat itu aku berjanji. Untuk tidak memiliki apapun. Sekali lagi.

Rabu, 27 November 2013

Ini Dokter - Dokter Pada Kenapa sih?


Hari ini dan kemarin gue yang gak pernah nonton tipi lagi sejak sibuk sama twitter pun penasaran berat. Ini dokter-dokter pada kenapa sih? Siapa sih dr. Marius? Emangnya tvOne sama MetroTV ngapain sih? Kenapa sih bentar lagi UAS? Kenapa sih setoran hafalan gue belom tuntas? #jadicurhat

Senin, 25 November 2013

Kedokteran

Postingan ini saya tulis pas lagi ngerayain ulang tahun Dhana (temen sekelas) saya yang lagi puasa cuma bisa nontonin karena lemesnya naudzubillah.

Sambil lemes lesu saya ngebacain postingan anak kedokteran unpad.

Saya kembali galau. Apalagi dengan kondisi ayah yang gak punya duit buat bayar kedokteran yang katanya mahal.

Terus otak yang nyut-nyutnya naudzubillah. Dan antah berantah lainnya yang bikin kepala jadi nyut-nyutan.

Saya teh ngerasa hidup ini makin kerasa pas saya mau lulus begini. Ngerasain moment hijrah menuju kedewasaan.

Ngerasain rasanya pusing ngurusin masa depan. Galaunya itu maksimal banget. Ditentang sana-sini. Ada 2 jurusan yang saya pengenin banget.

Tehnik Metalurgi dan Kedokteran. Galau maksimal mau dimana dan gimana.

Rasanya pengen banget rajin belajar sampe gila gitu. Sampe sawan sendiri sama soal. Pengen banget itu begitu. Tapi yaa Allah yaa Rabb.

Saya teh lemah. Gak bisa ngapa2in. Saya teh minta tolong aja ya yaa Allah. Permudahkan urusan saya dan keluarga. Juga temen-temen seperjuangan. Aaamiiin.....

Minggu, 24 November 2013

Sebuah Kisah

Ingatanku, katamu. Awalnya hanyalah halaman gersang. Lalu datanglah waktu, si tukang kebun yang terlalu tekun. Menanam segala macam pepohonan yang tumbuh rindang dan dahan-dahannya masuk, menembus jendela kamarmu, ikut berbaring diranjangmu. Kemudian diam-diam menyelusup, menyeludup ketidurmu. Membuatmu setiap pagi terbangun, dengan embun merimbun dihelai berbulu sepasang matamu.

Matamu, kataku. Pada awalnya hanyalah langit yang lapang. Lalu datanglah ingatan, si pelukis yang terlalu suka bermimpi, menggambar segala macam peristiwa dari masa silam, tentang musim hujan dan pelukan, tentang awan tempat bermukim bulan dan senyummu yang lebih berbunga dari tetumbuhan di halaman.

***

Kamu dan Aku bertemu dipenghujung Desember. Kita bertemu dengan luka-luka, sama-sama membawa duka. Katamu Desember itu hujan. Kataku Desember itu Kamu.
Hujan selalu identik dengan Dia.
Katamu, Dia pernah singgah. Dipertengahan Agustus. Kataku, Dia pernah singgah. Dipertengahan bulan Juli.

***

Suatu hari langkahnya pilu membawa beban. Namanya Kirana, dia lahir dipertengahan bulan Januari. Ketika badai salju di Afrika Selatan. Kirana menyukai cahaya. Katanya hidup ini bermula dari cahaya. Dan berakhir dengan cahaya. Kirana benar. Dia lahir disaat ibunya kecelakaan. Diapun mati dibawah purnama, saat Ayahnya membunuhnya dengan cahaya, cahaya kebencian.

***

Suatu pagi, lelaki itu terbangun dengan tamparan masa lalu. Namanya Ksatria, dia lahir dipertengahan bulan Oktober. Ketika musim gugur di Singapura. Ksatria menyukai masa lalu. Katanya masa lalu itu indah. Katanya masa lalu itu dirindukan. Ksatria benar. Akhirnya masa lalu nya berubah wujud menjadi kenangan. Menyeretnya perlahan hingga membangunkannya ditangan Tuhan.

***

Suatu malam mereka bertemu di sebuah tempat entah dimana. Mereka berbincang-bincang sepanjang malam, hingga pagi menjelang. Mereka membicarakan apa saja. Mereka cocok. Mereka saling menertawakan hati masing-masing. Masa lalu masing-masing. Hingga malam menjadi bising. Begitu terus setiap malam. Hingga mereka jatuh cinta pada pandangan ke-11.

***

Hari Kamis, Kami duduk dan berteduh di markas kelinci. Menonton gerimis sembari ditemani kopi gelas plastik yang sudah dingin. Lalu mengaitkan kelingking, seraya berkata “kalau nanti Aku bikin Kamu sakit hati, disengaja ataupun tidak itu urusan Kamu.. begitu juga sebaliknya”

Senin, 18 November 2013

RESENSI PAK HIKMAT

RECTOVERSO
Sentuh Hati dari Dua Sisi 
1.   Identitas Buku
a.       Judul               : Rectoverso “ Sentuh Hati dari Dua Sisi “
b.      Pengarang       : Dewi “ DEE “ Lestari
c.       Penerbit           : Bentang Pustaka
d.      Cetakan           : April 2013 (Cetakan Ketiga)
e.       Jenis Buku       : Fiksi