RECTOVERSO
Sentuh Hati dari Dua Sisi
Sentuh Hati dari Dua Sisi
1. Identitas Buku
a.
Judul :
Rectoverso “ Sentuh Hati dari Dua Sisi “
b.
Pengarang :
Dewi “ DEE “ Lestari
c.
Penerbit :
Bentang Pustaka
d.
Cetakan :
April 2013 (Cetakan Ketiga)
e. Jenis Buku :
Fiksi
f.
Tebal :
1,3 cm
g. Halaman :
174 halaman
h.
Harga :
Rp. 68.500,-
i.
ISBN :
978-602-7888-03-6
2. Sinopsis
Malaikat Juga
Tahu
Kesempatan kali ini Dee menulis cerpen dan lagunya dengan tema “ Malaikat
Juga Tahu “. Cerita pendek ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang
sangat kuat dan tegar menjalani kehidupannya bersama anaknya yang memiliki
cacat mental. Perempuan tersebut akrab dipanggil dengan sebutan “Bunda”. Rumah
bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah indekos paling
legendaries. Bunda mempunyai 2 orang anak akrab dipanggil Abang dan
Adik. Si Abang memiliki keterbelakangan mental, tapi cukup cerdas. Dalam tubuh
pria 38 tahun tersebut bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para
ahli jiwa yang didatangkan bunda. Dia yang selama ini membantu ibunya mengurusi
kost-kostan, mencuci, beres-beres, dll. Sementara si Adik, merantau di luar
negeri.
Abang bersahabat dengan seorang perempuan penghuni kost, dan jatuh cinta
dengan perempuan tersebut. Akan tetapi, ternyata perempuan ini jatuh hati
dengan Adiknya. Bunda telah berbicara dari hati ke hati dengan perempuan ini,
siapa diantara keduanya yang patut untuk dipilih. Tetapi perempuan tersebut
tidak akan memilih manusia satu itu “Abang” untuk dijadikan pacarnya. Hingga
bunda berkata sesuatu yang nenyentuh “ Dia mencintai tidak cuma dengan hati.
Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak cuma rayuan gombal,
tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan
gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu
tanpa pilihan seumur hidupnya.”
Bunda menginginkan perempuan itu setiap malam minggu harus ke rumahnya,
tidak bisa tidak. Tetapi perempuan itu keberatan dengan keinginan bunda. Hingga
akhirnya perempuan itu meninggalkan mereka semua, dan tidak pernah muncul
kembali setiap malam minggu. Bunda menangisi setiap malam minggu, karena si
Abang selalu memberantaki barang-barang disetiap malam minggunya. Kalau
beruntung Abang akhirnya kelelahan sendiri lalu tertidur di pangkuan ibunya.
Kalau tidak, sang ibu terpaksa menutup hari anaknya dengan obat penenang. “Mereka
yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka
yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia. Dirinya bukan
malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak
penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi
untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan
masuk akal bagi seseorang”
Unsur Intrinsik
1. Tema
Cinta yang abadi
2. Penokohan
a. Bunda (Tritagonis)
Memiliki sifat sangat tegar dan kuat
(Cintanya adalah paket air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai
jutaan hal
kecil agar dunia menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang.)
b. Abang (Protagonis)
Memiliki cacat mental (autis)
(Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun.)
c. Perempuan itu (Antagonis)
Memiliki sifat egois
(Ia ingin diirinya dipilih dari
sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada)
d. Adik Abang (Antagonis)
Merupakan sosok yang sempurna
(Anak bungsunya, yang juga
laki-laki, menurut orang-orang adalah figur yang sempurna. Ia pintar, normal,
dan fisiknya menarik)
3. Alur
Maju, karena diawali dengan pengenalan.
4. Sudut Pandang
Orang ketiga pelaku utama.
5. Latar
a. Latar tempat :
Di sebuah rumah indekost
b. Latar waktu : Pada
saat Abang (anak Ibu Kost) mengalami jatuh cinta dengan salah seorang penghuni
kost.
c. Latar suasana : Sedih.
6. Amanat
Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono.
Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia.
7. Tokoh
a. Bunda
b. Abang
c. Perempuan itu
d. Adik Abang
8. Gaya Bahasa
a. Majas Hiperbola
(Mengubah rutinitas itu sama saja
dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari)
b. Majas Antonomasia
(sebutan untuk “Abang”)
Unsur
Ekstrinsik
Dalam cerpen ini Dee yang merupakan ibu dari dua orang anak, ingin
menunjukan tentang makna dari cinta yang abadi, tentang dedikasi seorang ibu
kepada anaknya.
Aku Ada
Kisah ini tentang seseorang yang
setia menantikan kekasihnya yang telah pergi, meski dia telah memiliki
penggantinya. Ritual penantian ini selalu dilakkukan setiap hari di tepi pantai
menjenjelang senja datang. Tanpa disadari, seseorang yang dinantinya itu selalu
mengawasinya, tetapi dalam wujud yang berbeda.
Unsur Intrinsik
1. Tema
Penantian
2. Penokohan
a. Aku (Kirana) : Protagoniss
Memiliki sifat bersyukur
(Aku mencintaimu tanpa perlu
apa-apa, karena kini kumiliki segalanya)
b. Lelaki itu : Tritagonis
Memiliki sifat perhatian
(Lelaki itu bertanya, kapan engkau pulang)
c. Kamu : Protagonis
Memiliki sifat pendiam dan
penyendiri
(Menyendiri di tepi laut)
3. Alur
Maju, karena diawali dengan pengenalan
4. Sudut Pandang
Orang pertama pelaku utama, sebab yang
bercerita terlibat dalam cerita tersebut.
5. Latar
a. Latar tempat : Di pantai
b. Latar waktu : Saat menjelang senja hingga malam hari
c. Latar suasana : Sedih
6. Amanat
Penantian yang telah kita lakukan tidak akan berakhir sia-sia. Walaupun
terkadang penuh dengan hambatan. Namun semesta dan segala isinya pasti akan
mendukung untuk mendapatkan hasil dari penantian itu.
7. Tokoh
a. Aku (Kirana)
b. Lelaki itu
c. Kamu
8. Gaya Bahasa
a. Majas Hiperbola
(Akulah langit beragam warna yang
mengasihimu lewat beragam cara)
b. Majas Sinestesia
(Engkau hanya perlu merasa dan
biarkan alam berbicara)
c. Majas Personifikasi
(Biarkan alam berbicara)
Unsur Ektrinsik
Dee
adalah pencinta pantai, dalam beberapa karyanya selain Rectoverso yaitu Perahu
Kertas, ia pun sempat menggunakan setting tempat di pantai. Ini menunjukan
bahwa Dee mempunyai ketertarikan tersendiri mengenai pantai.
Hanya Isyarat
Cerita ini mengisahkan tentang seseorang yang hanya mengagumi seseorang
tanpa orang itu tahu, meski jaraknya hanya tinggal beberapa centimeter
didepannya. Mencintai seseorang hanya sebatas punggungnya saja.
Tidak bisa memiliki dirinya secara utuh. Hanya bisa menyampaikan perasaan lewat
alam. Terletak pada halaman 52 “Namun orang itu hanya mampu kugapai
sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan
tak kan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai
bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup
mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan
atau hujan. Seseorang yang selamanya harus kubiarkan berupa sebentuk punggung
karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa.”
Unsur Intrinsik
1. Tema
Cinta yang tak terucap
2. Penokohan
a. Aku
Memiliki sifat pendiam
(Mereka malas menggubris karena
tidak pernah ada pembicaraan menarik yang keluar dari mulutku)
b. Dia
Seseorang yang sopan dan ramah
(Dia mempersilakan aku duduk)
3. Alur
Maju, karena diawali dengan
pengenalan.
4. Sudut
Pandang
Orang pertama pelaku utama, sebab yang bercerita terlibat dalam cerita
tersebut.
5.
Latar
a.
Latar tempat : Di suatu tempat asing
b.
Latar waktu : Malam hari, saat Dia mengajak Aku untuk
bergabung dalam permainan yang sedang ia lakukan bersama teman-temannya.
c.
Latar suasana : Haru
6.
Amanat
Ungkapan yang menyatakan bahwa cinta tak harus
memiliki itu benar adanya, dari cerpen ini kita dapat memahami bahwa hanya
dengan tahu warna mata saja, tokoh Aku sudah bahagia.
7.
Tokoh
a.
Aku
(Protagonis)
b.
Dia (Protagonis)
8.
Gaya Bahasa
a.
Majas Hiperbola
(Kisah ini terasa semakin berat membebani lidah)
Unsur Ekstrinsik
Dee adalah sesosok penulis yang
memiliki pandangan hidup yang sederhana namun unik, dalam cerpen ini ia
membahas tentang tokoh Dia yang pernah mengalami mati suri, hal ini berkaitan
erat dengan kebiasaan Dee menuangkan pemikiran-pemikiran mistis kedalam cerita
yang ia buat.
3. Kepengarangan
Dewi Lestari,
dikenal dengan nama pena Dee, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Novel serial
Supernova dengan episode pertamanya, Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh yang diterbitkannya kali pertama pada 2001 menjadi
debut Dee dalam dunia sastra sekaligus menancapkan eksistensinya sebagai
penulis papan atas Indonesia. Disusul episode kedua, Akar pada 2002, dan episode ketiga, Petir pada 2004, episode keempat yakni Partikel pada 2012.
Rectovereso diterbitkan kali pertama pada 2008 dan merupakan
mahakarya dalam format hibrida yang unik sekaligus pertama di Indonesia.
Gabungan dua dunia Dee, musik dan buku, dalam satu kesatuan karya yang terdiri
dari sebelas kisah dan sebelas lagu. Didukung para musisi dan orkestra terbaik
di Indonesia, sebagai karya musik Rectoverso menghasilkan lagu-lagu berkualitas
seperti “Malaikat Juga Tahu”, “Aku Ada”, dan “Peluk”. Sebagai buku, Rectoverso berhasil menjadi bestseller, dan pada 2013, lima tahun
setelah penerbitan bukunya, Keana Production melansir film omnibus berjudul Rectoverso: Cinta yang Tak Terucap yang
mengangkat lima kisah dari sebelas cerpen dalam buku Rectoverso.
Kiprahnya dalam
dunia kepenulisan juga telah membawa Dee ke berbagai ajang nasional dan
internasional. Dee juga telah melahirkan buku-buku fenomenal lainnya, yakni Filosofi Kopi (2006), Perahu Kertas (2009), dan Madre (2011).
Kini, Dee
menetap di pinggir Kota Jakarta yang tenang bersama suami dan kedua anaknya
tercinta.
4. Keunggulan dan Kelemahan Buku
Rectoverso merupakan paduan dua media yaitu buku dan lagu dalam satu karya
yang unik. Tema yang diusung adalah Sentuh Hati dari Dua Sisi. Rectoverso
merupakan pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya
satu kesatuan. Membaca dan mendengarkan Rectoverso, seolah melihat cerita dari
dua dunia berbeda namun sebenarnya saling melengkapi.
Menurut saya 11 cerita pendek dalam novel “Rectoverso” dapat dikatakan
hadir dengan mahakarya yang unik. Rectoverso merupakan perpaduan antara fiksi
dan musik yang terdiri dari 11 cerita pendek dan 11 lagu dalam satu kesempatan.
11 cerpen dan 11 lagu tersebut dapat dinikmati secara terpisah maupun
bersamaan. Keduanya saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan. Inilah
cermin dari dua dunia Dewi Lestari yang diekspresikan dalam kreativitas tunggal
bertajuk “Rectoverso”. Dengan fiksinya dan musiknya dapat melengkapi
penghayatan dan menemukan sebuah pengalaman baru. Dee bercerita dengan keunikan
dan kejernihan yang sangat memukau dalam kisah-kisahnya. Cerita-cerita ini
sederhana tetapi menampilkan yang luar biasa dari yang biasa. Dee menyuguhkan
11 fiksi dan 11 lagu yang dikemas dalam buku beserta CD. Kedua karya ini
saling bercermin, tetapi pada saat bersamaan bisa dinikmati sebagai dua karya
yang terpisah. Dalam fiksi ini yang terpenting bukan alur maupun
ceritanya, melainkan nuansa bahasa dan suasana hati penuturnya berbicara.
Kisah-kisah yang terdapat dalam Rectoverso ini, Dee sangat piawai dalam
bercerita dengan tema-tema yang unik serta bahasa yang segar dan energik.
Ketika saya membaca novel dan telinga saya mendengarkan musiknya, muncul
sensasi baru yang mampu berkolaborasi dengan manisnya. Sisi romantisme dalam
novel ini sangat terasa di beberapa cerita yang saya baca. Dee mengajak kita
untuk lebih memahami akan kehidupan dan cinta sambil menjelajahi ruang
imajinasinya, tentunya dengan bahasa sastra yang telah menjadi ciri khasnya.
Rectoverso
memiliki dua cerita yang menggunakan bahasa inggris yaitu Grow a Day Older dan Back
to Heaven’s Light. Sedikit disayangkan karena tidak semua pembaca memahami
bahasa inggris. Kalaupun membaca harus ditemani kamus untuk mengartikan
kata-kata yang tidak dimengerti. Tetapi tidak akan memahami secara mendetail.
Disini Penulis tidak memberikan nama pada setiap tokohnya, kebanyakan hanya
menggunakan kata ganti aku, dia, mereka, dsb. Sebenarnya hal ini sedikit
mebingungkan, karena ketika awal membaca kita tidak tahu dari sudut pandang
siapakah cerita tersebut dikisahkan. Apakah sudut pandang seorang perempuan
atau laki-laki. Namun, setelah mencermati lebih lanjut cerita yang kita baca,
hal tersebut tidak menjadi persoalan lagi, malah menjadi sebuah kelebihan
dimana seolah-olah cerita tersebut dialami pembaca sebagai tokoh aku. Dee mampu
membius pembaca dalam cerita yang ia buat. Namun kendala yang dialami pembaca
yaitu merasa kesulitan dengan bahasa Dee. Apalagi disayangkan dengan mudah
rusaknya cover buku.
5.
Sugesti
Buku karya Dee ini sangat layak untuk dibaca oleh
kalangan muda ataupun dewasa. Apalagi dengan kepopuleran Dee di dunia sastra
Indonesia, kisah-kisah dalam cerpen ini juga bukanlah kisah-kisah romansa
abal-abal berakhir bahagia. Kisah-kisah yang dituangkan oleh Dee dalam
tulisannya merupakan kisah-kisah yang sering terjadi, namun jarang dibicarakan.
mantap gan pr gw terbantu bgt makasih
BalasHapus