Senin, 18 November 2013

RESENSI PAK HIKMAT

RECTOVERSO
Sentuh Hati dari Dua Sisi 
1.   Identitas Buku
a.       Judul               : Rectoverso “ Sentuh Hati dari Dua Sisi “
b.      Pengarang       : Dewi “ DEE “ Lestari
c.       Penerbit           : Bentang Pustaka
d.      Cetakan           : April 2013 (Cetakan Ketiga)
e.       Jenis Buku       : Fiksi

f.       Tebal               : 1,3 cm
g.      Halaman          : 174 halaman
h.      Harga              : Rp. 68.500,-
i.        ISBN               : 978-602-7888-03-6

2.  Sinopsis

Malaikat Juga Tahu

Kesempatan kali ini Dee menulis cerpen dan lagunya dengan tema “ Malaikat Juga Tahu “. Cerita pendek ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang sangat kuat dan tegar menjalani kehidupannya bersama anaknya yang memiliki cacat mental. Perempuan tersebut akrab dipanggil dengan sebutan “Bunda”. Rumah bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah indekos paling legendaries. Bunda mempunyai 2 orang anak akrab dipanggil Abang dan Adik. Si Abang memiliki keterbelakangan mental, tapi cukup cerdas. Dalam tubuh pria 38 tahun tersebut bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangkan bunda. Dia yang selama ini membantu ibunya mengurusi kost-kostan, mencuci, beres-beres, dll. Sementara si Adik, merantau di luar negeri.
Abang bersahabat dengan seorang perempuan penghuni kost, dan jatuh cinta dengan perempuan tersebut. Akan tetapi, ternyata perempuan ini jatuh hati dengan Adiknya. Bunda telah berbicara dari hati ke hati dengan perempuan ini, siapa diantara keduanya yang patut untuk dipilih. Tetapi perempuan tersebut tidak akan memilih manusia satu itu “Abang” untuk dijadikan pacarnya. Hingga bunda berkata sesuatu yang nenyentuh “ Dia mencintai tidak cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan seumur hidupnya.”
Bunda menginginkan perempuan itu setiap malam minggu harus ke rumahnya, tidak bisa tidak. Tetapi perempuan itu keberatan dengan keinginan bunda. Hingga akhirnya perempuan itu meninggalkan mereka semua, dan tidak pernah muncul kembali setiap malam minggu. Bunda menangisi setiap malam minggu, karena si Abang selalu memberantaki barang-barang disetiap malam minggunya. Kalau beruntung Abang akhirnya kelelahan sendiri lalu tertidur di pangkuan ibunya. Kalau tidak, sang ibu terpaksa menutup hari anaknya dengan obat penenang. “Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang”

Unsur Intrinsik
1.    Tema
Cinta yang abadi
2.    Penokohan
a.    Bunda (Tritagonis)
Memiliki sifat sangat tegar dan kuat
(Cintanya adalah paket air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal
kecil agar dunia menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang.)
b.    Abang (Protagonis)
Memiliki cacat mental (autis)
(Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun.)
c.    Perempuan itu (Antagonis)
Memiliki sifat egois
(Ia ingin diirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada)
d.   Adik Abang (Antagonis)
Merupakan sosok yang sempurna
(Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figur yang sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya menarik)
3.    Alur
Maju, karena diawali dengan pengenalan.
4.    Sudut Pandang
Orang ketiga pelaku utama.
5.    Latar
a.    Latar tempat  : Di sebuah rumah indekost
b.    Latar waktu  : Pada saat Abang (anak Ibu Kost) mengalami jatuh cinta dengan salah seorang penghuni kost.
c.    Latar suasana : Sedih.
6.    Amanat
Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia.
7.    Tokoh
a.    Bunda
b.    Abang
c.    Perempuan itu
d.   Adik Abang
8.    Gaya Bahasa
a.    Majas Hiperbola
(Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari)
b.    Majas Antonomasia
(sebutan untuk “Abang”)

Unsur Ekstrinsik

Dalam cerpen ini Dee yang merupakan ibu dari dua orang anak, ingin menunjukan tentang makna dari cinta yang abadi, tentang dedikasi seorang ibu kepada anaknya.


Aku Ada

Kisah ini tentang seseorang yang setia menantikan kekasihnya yang telah pergi, meski dia telah memiliki penggantinya. Ritual penantian ini selalu dilakkukan setiap hari di tepi pantai menjenjelang senja datang. Tanpa disadari, seseorang yang dinantinya itu selalu mengawasinya, tetapi dalam wujud yang berbeda.

Unsur Intrinsik
1.    Tema
Penantian
2.    Penokohan
a.       Aku (Kirana) : Protagoniss
Memiliki sifat bersyukur
(Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya)
b.      Lelaki itu : Tritagonis
Memiliki sifat perhatian
(Lelaki itu bertanya, kapan engkau pulang)
c.       Kamu : Protagonis
Memiliki sifat pendiam dan penyendiri
(Menyendiri di tepi laut)
3.    Alur
Maju, karena diawali dengan pengenalan
4.    Sudut Pandang
Orang pertama pelaku utama, sebab yang bercerita terlibat dalam cerita tersebut.
5.    Latar
a.       Latar tempat : Di pantai
b.      Latar waktu : Saat menjelang senja hingga malam hari
c.       Latar suasana : Sedih
6.    Amanat
Penantian yang telah kita lakukan tidak akan berakhir sia-sia. Walaupun terkadang penuh dengan hambatan. Namun semesta dan segala isinya pasti akan mendukung untuk mendapatkan hasil dari penantian itu.
7.    Tokoh
a.       Aku (Kirana)
b.      Lelaki itu
c.       Kamu
8.    Gaya Bahasa
a.       Majas Hiperbola
(Akulah langit beragam warna yang mengasihimu lewat beragam cara)
b.      Majas Sinestesia
(Engkau hanya perlu merasa dan biarkan alam berbicara)
c.       Majas Personifikasi
(Biarkan alam berbicara)

Unsur Ektrinsik
            Dee adalah pencinta pantai, dalam beberapa karyanya selain Rectoverso yaitu Perahu Kertas, ia pun sempat menggunakan setting tempat di pantai. Ini menunjukan bahwa Dee mempunyai ketertarikan tersendiri mengenai pantai.


Hanya Isyarat

Cerita ini mengisahkan tentang seseorang yang hanya mengagumi seseorang tanpa orang itu tahu, meski jaraknya hanya tinggal beberapa centimeter didepannya. Mencintai seseorang hanya sebatas punggungnya saja. Tidak bisa memiliki dirinya secara utuh. Hanya bisa menyampaikan perasaan lewat alam. Terletak pada halaman 52 “Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak kan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan atau hujan. Seseorang yang selamanya harus kubiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa.”

Unsur Intrinsik
1.    Tema
Cinta yang tak terucap
2.    Penokohan
a.       Aku
Memiliki sifat pendiam
(Mereka malas menggubris karena tidak pernah ada pembicaraan menarik yang keluar dari mulutku)
b.      Dia
Seseorang yang sopan dan ramah
(Dia mempersilakan aku duduk)
3.    Alur
Maju, karena diawali dengan pengenalan.
4.    Sudut Pandang
Orang pertama pelaku utama, sebab yang bercerita terlibat dalam cerita tersebut.
5.    Latar
a.       Latar tempat : Di suatu tempat asing
b.      Latar waktu : Malam hari, saat Dia mengajak Aku untuk bergabung dalam permainan yang sedang ia lakukan bersama teman-temannya.
c.       Latar suasana : Haru
6.    Amanat
Ungkapan yang menyatakan bahwa cinta tak harus memiliki itu benar adanya, dari cerpen ini kita dapat memahami bahwa hanya dengan tahu warna mata saja, tokoh Aku sudah bahagia.
7.    Tokoh
a.         Aku  (Protagonis)
b.        Dia (Protagonis)
8.    Gaya Bahasa
a.         Majas Hiperbola
(Kisah ini terasa semakin berat membebani lidah)

Unsur Ekstrinsik

            Dee adalah sesosok penulis yang memiliki pandangan hidup yang sederhana namun unik, dalam cerpen ini ia membahas tentang tokoh Dia yang pernah mengalami mati suri, hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan Dee menuangkan pemikiran-pemikiran mistis kedalam cerita yang ia buat.

3.  Kepengarangan
Dewi Lestari, dikenal dengan nama pena Dee, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Novel serial Supernova dengan episode pertamanya, Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang diterbitkannya kali pertama pada 2001 menjadi debut Dee dalam dunia sastra sekaligus menancapkan eksistensinya sebagai penulis papan atas Indonesia. Disusul episode kedua, Akar pada 2002, dan episode ketiga, Petir pada 2004, episode keempat yakni Partikel pada 2012.
Rectovereso diterbitkan kali pertama pada 2008 dan merupakan mahakarya dalam format hibrida yang unik sekaligus pertama di Indonesia. Gabungan dua dunia Dee, musik dan buku, dalam satu kesatuan karya yang terdiri dari sebelas kisah dan sebelas lagu. Didukung para musisi dan orkestra terbaik di Indonesia, sebagai karya musik Rectoverso menghasilkan lagu-lagu berkualitas seperti “Malaikat Juga Tahu”, “Aku Ada”, dan “Peluk”. Sebagai buku, Rectoverso berhasil menjadi bestseller, dan pada 2013, lima tahun setelah penerbitan bukunya, Keana Production melansir film omnibus berjudul Rectoverso: Cinta yang Tak Terucap yang mengangkat lima kisah dari sebelas cerpen dalam buku Rectoverso.
Kiprahnya dalam dunia kepenulisan juga telah membawa Dee ke berbagai ajang nasional dan internasional. Dee juga telah melahirkan buku-buku fenomenal lainnya, yakni Filosofi Kopi (2006), Perahu Kertas (2009), dan Madre (2011).
Kini, Dee menetap di pinggir Kota Jakarta yang tenang bersama suami dan kedua anaknya tercinta.

4.    Keunggulan dan Kelemahan Buku

Rectoverso merupakan paduan dua media yaitu buku dan lagu dalam satu karya yang unik. Tema yang diusung adalah Sentuh Hati dari Dua Sisi. Rectoverso merupakan pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Membaca dan mendengarkan Rectoverso, seolah melihat cerita dari dua dunia berbeda namun sebenarnya saling melengkapi.
Menurut saya 11 cerita pendek dalam novel “Rectoverso” dapat dikatakan hadir dengan mahakarya yang unik. Rectoverso merupakan perpaduan antara fiksi dan musik yang terdiri dari 11 cerita pendek dan 11 lagu dalam satu kesempatan. 11 cerpen dan 11 lagu tersebut dapat dinikmati secara terpisah maupun bersamaan. Keduanya saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan. Inilah cermin dari dua dunia Dewi Lestari yang diekspresikan dalam kreativitas tunggal bertajuk “Rectoverso”. Dengan fiksinya dan musiknya dapat melengkapi penghayatan dan menemukan sebuah pengalaman baru. Dee bercerita dengan keunikan dan kejernihan yang sangat memukau dalam kisah-kisahnya. Cerita-cerita ini sederhana tetapi menampilkan yang luar biasa dari yang biasa. Dee menyuguhkan 11 fiksi dan 11 lagu yang dikemas dalam buku beserta CD. Kedua karya ini saling bercermin, tetapi pada saat bersamaan bisa dinikmati sebagai dua karya yang terpisah. Dalam fiksi ini yang terpenting bukan alur maupun ceritanya, melainkan nuansa bahasa dan suasana hati penuturnya berbicara.
Kisah-kisah yang terdapat dalam Rectoverso ini, Dee sangat piawai dalam bercerita dengan tema-tema yang unik serta bahasa yang segar dan energik. Ketika saya membaca novel dan telinga saya mendengarkan musiknya, muncul sensasi baru yang mampu berkolaborasi dengan manisnya. Sisi romantisme dalam novel ini sangat terasa di beberapa cerita yang saya baca. Dee mengajak kita untuk lebih memahami akan kehidupan dan cinta sambil menjelajahi ruang imajinasinya, tentunya dengan bahasa sastra yang telah menjadi ciri khasnya.
Rectoverso memiliki dua cerita yang menggunakan bahasa inggris yaitu Grow a Day Older dan Back to Heaven’s Light. Sedikit disayangkan karena tidak semua pembaca memahami bahasa inggris. Kalaupun membaca harus ditemani kamus untuk mengartikan kata-kata yang tidak dimengerti. Tetapi tidak akan memahami secara mendetail. Disini Penulis tidak memberikan nama pada setiap tokohnya, kebanyakan hanya menggunakan kata ganti aku, dia, mereka, dsb. Sebenarnya hal ini sedikit mebingungkan, karena ketika awal membaca kita tidak tahu dari sudut pandang siapakah cerita tersebut dikisahkan. Apakah sudut pandang seorang perempuan atau laki-laki. Namun, setelah mencermati lebih lanjut cerita yang kita baca, hal tersebut tidak menjadi persoalan lagi, malah menjadi sebuah kelebihan dimana seolah-olah cerita tersebut dialami pembaca sebagai tokoh aku. Dee mampu membius pembaca dalam cerita yang ia buat. Namun kendala yang dialami pembaca yaitu merasa kesulitan dengan bahasa Dee. Apalagi disayangkan dengan mudah rusaknya cover buku.
5.    Sugesti

Buku karya Dee ini sangat layak untuk dibaca oleh kalangan muda ataupun dewasa. Apalagi dengan kepopuleran Dee di dunia sastra Indonesia, kisah-kisah dalam cerpen ini juga bukanlah kisah-kisah romansa abal-abal berakhir bahagia. Kisah-kisah yang dituangkan oleh Dee dalam tulisannya merupakan kisah-kisah yang sering terjadi, namun jarang dibicarakan. 

1 Korban: