Minggu, 24 November 2013

Sebuah Kisah

Ingatanku, katamu. Awalnya hanyalah halaman gersang. Lalu datanglah waktu, si tukang kebun yang terlalu tekun. Menanam segala macam pepohonan yang tumbuh rindang dan dahan-dahannya masuk, menembus jendela kamarmu, ikut berbaring diranjangmu. Kemudian diam-diam menyelusup, menyeludup ketidurmu. Membuatmu setiap pagi terbangun, dengan embun merimbun dihelai berbulu sepasang matamu.

Matamu, kataku. Pada awalnya hanyalah langit yang lapang. Lalu datanglah ingatan, si pelukis yang terlalu suka bermimpi, menggambar segala macam peristiwa dari masa silam, tentang musim hujan dan pelukan, tentang awan tempat bermukim bulan dan senyummu yang lebih berbunga dari tetumbuhan di halaman.

***

Kamu dan Aku bertemu dipenghujung Desember. Kita bertemu dengan luka-luka, sama-sama membawa duka. Katamu Desember itu hujan. Kataku Desember itu Kamu.
Hujan selalu identik dengan Dia.
Katamu, Dia pernah singgah. Dipertengahan Agustus. Kataku, Dia pernah singgah. Dipertengahan bulan Juli.

***

Suatu hari langkahnya pilu membawa beban. Namanya Kirana, dia lahir dipertengahan bulan Januari. Ketika badai salju di Afrika Selatan. Kirana menyukai cahaya. Katanya hidup ini bermula dari cahaya. Dan berakhir dengan cahaya. Kirana benar. Dia lahir disaat ibunya kecelakaan. Diapun mati dibawah purnama, saat Ayahnya membunuhnya dengan cahaya, cahaya kebencian.

***

Suatu pagi, lelaki itu terbangun dengan tamparan masa lalu. Namanya Ksatria, dia lahir dipertengahan bulan Oktober. Ketika musim gugur di Singapura. Ksatria menyukai masa lalu. Katanya masa lalu itu indah. Katanya masa lalu itu dirindukan. Ksatria benar. Akhirnya masa lalu nya berubah wujud menjadi kenangan. Menyeretnya perlahan hingga membangunkannya ditangan Tuhan.

***

Suatu malam mereka bertemu di sebuah tempat entah dimana. Mereka berbincang-bincang sepanjang malam, hingga pagi menjelang. Mereka membicarakan apa saja. Mereka cocok. Mereka saling menertawakan hati masing-masing. Masa lalu masing-masing. Hingga malam menjadi bising. Begitu terus setiap malam. Hingga mereka jatuh cinta pada pandangan ke-11.

***

Hari Kamis, Kami duduk dan berteduh di markas kelinci. Menonton gerimis sembari ditemani kopi gelas plastik yang sudah dingin. Lalu mengaitkan kelingking, seraya berkata “kalau nanti Aku bikin Kamu sakit hati, disengaja ataupun tidak itu urusan Kamu.. begitu juga sebaliknya”

2 Korban: